Jenis-Jenis Wacana Bahasa
Indonesia
Jenis-Jenis Wacana Bahasa Indonesia
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi empat. Wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi. Berikut penjelasanya:
·
Wacana
Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berbentuk narasi ekspositoris dan narasi imajinatif. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
·
Wacana
Deskripsi
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan/suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulisnya. Untuk mencapai kesan yang sempurna bagi pembaca, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu deskripsi Imajinatif/Impresionis dan deskripsi faktual/ekspositoris.
·
Wacana
Eksposisi
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks.
·
Wacana
Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan pernyataan-pernyataan yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.Tahapan menulis karangan argumentasi, yaitu menentukan tema atau topik permasalahan, merumuskan tujuan penulisan, mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau pernyataan yang mendukung, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebab-akibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
A. Pengertian Wacana
Wacana
berasal dari bahasa Inggris discourse, yang artinya antara lain
”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.”
Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan,
yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan
yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis.
Dalam wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan. Setiap
wacana memiliki tema sebab tema merupakan hal yang diceritakan atau diuraikan
sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau ruang lingkup agar isi wacana
teratur, terarah dan tidak menyimpang ke mana-mana. Sebelum menulis wacana,
seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan.
Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan
diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada
tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan
membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan
penjabaran dari tema. Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat
sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian
unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat
mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna. Membuat
kerangka karangan sangat dianjurkan sebelum penulisan, terutama bagi pengarang
pemula. Kerangka karangan bermanfaat sebagai berikut:
1.
Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.
2.
Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3. Membantu pengarang melihat adanya pokok bahasan yang menyimpang dari
topik dan adanya ide pokok yang sama.
4. Menjadi gambaran secara umum struktur ide karangan sehingga membantu
pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.
Agar penyusunan kerangka karangan dapat efektif menjadi acuan pembuatan
karangan, langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk menyusun kerangka
karangan adalah seperti berikut.
(1)
Menentukan tema/topik karangan
(2)
Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
(3)
Mengembangkan topik-topik menjadi subtopik
(4)
Menginvestaris sub-sub topik
(5)
Menyeleksi topik dan sub-subtopik yang cocok
(6)
Menentukan pola pengembangan karangan
Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1.
Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk
kalimat-kalimat
lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2. Kerangka topik, ialah kerangka karangan yang dituangkan dalam bentuk
frasa dan klausa sehingga tampak lebih praktis.
Penyusunan kerangka karangan dapat berbentuk kalimat dan frasa atau klausa
sekaligus, meskipun yang lebih banyak digunakan adalah kerangka topik. Berikut
contoh kedua bentuk penyusunan kerangka karangan tersebut.
Contoh
kerangka kalimat:
Membuka
usaha warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1. Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah pengetahuan tentang
teknologi informasi.
2.
Perkembangan sarana komputer menjadi sarana jaringan informasi melalui
internet.
3.
Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4.
Memanfaatkan minat remaja dan anak sekolah dengan membuka warnet.
Contoh
kerangka topik
Antisipasi
lonjakan arus mudik lebaran :
1. Jumlah
Pemudik Lebaran
a. perkiraan lonjakan jumlah pemudik
b. sarana angkutan yang dipersiapkan
c. sarana
angkutan yang diandalkan
2.
Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya
a. jalur utara
b. jalur selatan
c. kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3.
Petunjuk pemanfaatan jalur
a. dari DLLAJR
b. dari instansi terkait
B.
Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, wacana dibedakan menjadi wacana narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
1. Narasi
Narasi adalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan
suatu kejadian atau peristiwa. Narasi dapat berisi fakta, misalnya biografi
(riwayat seseorang), otobiografi/riwayat hidup seseorang yang ditulisnya
sendiri, atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi
ekspositoris. Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau
rekaan seperti yang biasanya
terdapat
pada cerita novel atau cerpen. Narasi ini disebut dengan narasi imajinatif. Unsur-unsur
penting dalam sebuah narasi adalah:
(1)
kejadian,
(2) tokoh,
(3)
konflik,
(4)
alur/plot.
(5) latar
yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya uraian
secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang menyatakan waktu
atau urutan, seperti lalu, selanjutnya, keesokan harinya, atau setahun
kemudian kerap dipergunakan.
Tahapan
menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1)
menentukan tema cerita
(2)
menentukan tujuan
(3)
mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4)
menyusun gagasan pokok menjadi kerangka karangan secara kronologis atau urutan
waktu.
(5)
mengembangkan kerangka menjadi karangan. Kerangka karangan yang bersifat
naratif dapat dikembangkan dengan pola urutan waktu. Penyajian berdasarkan
urutan waktu adalah urutan yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau
kejadian. Pola urutan waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman,
kisah perjalanan, cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh:
Kunjungan
ke Museum Fatahillah
1.
persiapan keberangkatan
2.
perjalanan menuju stasiun Kota
3. tiba
di tempat tujuan
4.
mengamati peninggalan zaman penjajahan Belanda
5.
berkumpul kembali di depan ”Meriam Jagur”
6.
persiapan pulang
Contoh
narasi ekspositoris:
Minta
Tolong Malah Dikira Hantu Pocong
Kejadian yang menggelikan sekaligus menegangkan ini terjadi pada
pertengahan bulan Juli 1993, ketika saya baru masuk bekerja di sebuah klinik
yang terletak di daerah Lemabang, dekat dengan PT Pupuk Sriwijaya (Pusri).
Rumah saya berada di daerah Bukit Besar sehingga membutuhkan waktu lebih kurang
45 menit untuk pergi dari rumah ataupun pulang dari
dinas.
Saat itu, rumah saya belum dilewati oleh bus kota jurusan Bukit Besar, karena
rute bus kota pada waktu itu hanya sampai di dekat wilayah Kembang Manis. Jadi,
terpaksa saya turun di simpang empat lampu merah Jl. Kapten Arivai, cukup jauh
dari rumah untuk berjalan pulang. Malam itu, jalanan sangat sepi dan gelap
karena wilayah yang saya lewati adalah TPU (Tempat Pemakaman Umum) dan
wilayahnya juga masih banyak hutan serta lampu jalan belum dipasang. Akibatnya,
saya sangat takut berjalan pulang ke rumah sendirian. Apalagi kawasan yang saya
lewati merupakan daerah rawan dan angker. Orang-orang yang lewat sering
diganggu kuntilanak, pocong, serta suara wanita menangis. Tetapi, kekhawatiran
saya agaknya terobati karena dari kejauhan saya melihat tiga orang lelaki yang
tampaknya juga baru pulang dari kerja dan jalannya searah denganku. Tanpa pikir
panjang langsung saja saya berlari mendekati dan memanggil mereka, ”Mas ..., Mas
... tunggu, Mas!” Tapi bukannya mendekat, mereka malah berlari dan berteriak
ketakutan, ”Tolooong ... ada pocong ..., ada pocong ...!” Karena saya orang
yang agak telmi (telat mikir), setelah mendengar itu saya sendiri malah tambah
ketakutan. Sebab, saya juga sangat takut dengan yang namanya setan atau
semacamnya.
Tetapi, makin saya mendekat, tiga lelaki itu tambah kencang sehingga tidak
terkejar lagi oleh saya. Bahkan satu orang dari mereka nekat memanjat pagar
rumah orang lain untuk menyelamatkan diri. Setelah melihat baju dinas berwarna
putih yang saya kenakan, saya baru sadar ternyata yang mereka kira pocong
adalah saya. Dalam hati saya berkata, ”Sialan, kirain ada pocong beneran.
Ternyata yang disangka pocong itu aku. Jangankan mendapat kawan, mendekat saja
orang takut kepada saya.” Setelah saya sampai di rumah dan menceritakan
semuanya kepada
anggota
keluarga, spontan mereka tertawa terbahak-bahak. Bahkan seorang keponakan saya
memanggil saya dengan sebutan ’Tante Pocong’. Sejak kejadian itu, tiap kebagian
jadwal dinas siang lagi, saat pulang malam saya tidak pernah memakai baju putih
lagi.
Contoh
narasi imajinatif :
NAMAKU
EDELWEISS
Namaku Edelwiss alias Anaphalis javanica. Biasanya aku tumbuh di
dataran tinggi atau puncak-puncak gunung. Oleh kalangan Botani, aku sering
disebut tanaman sejenis perdu, dan termasuk anggota family Compositae atau
disebut juga Asteraceae (sambung-sambungan). Bungaku kecil sebesar bunga
rumput. Orang lebih mengenalku dengan warna putih daripada warna lainnya.
Hidupku bergerombolan di ujung dahan dengan harum yang khas. Tinggi batangku
dapat mencapai lima meter dengan daun-daun runcing dan lurus. Bungaku istimewa,
tak pernah layu, mekarku abadi sehingga dijuluki ”bunga abadi”. Sungguh julukan
inilah yang menjadi ’beban’ bagiku karena banyak orang menyalahgunakan ’arti’
keabadianku selama ini! Keabadianku mereka samakan dengan ’cinta abadi’, cinta
sepasang manusia yang tidak memiliki ikatan resmi. Ah ... apalah arti protesku?
Toh, siapa yang perduli dengan rintihanku.
Aku berada di kamar Rieska. Tersusun rapi di atas lemari belajarnya.Di
sampingku ada
Tempatnya
sengaja disimpan Rieska. Yap! Untuk mengenang siapa yang memberikannya! Aku
memang lebih beruntung dari bunga mawar yang menjadi pendatang baru di kamar
ini. Wajahnya pucat karena air di dalam vasnya tak pernah diganti Rieska. Sama
halnya dengan nasib suplir yang telah mengering menjadi pembatas buku, lengkap
dengan spora yang masih menempel di tubuhnya, dan anggrek yang merana karena
sebagian kelopak bunganya telah mengering. Ya ... di antara bunga-bunga milik
Rieska, ternyata aku memang diperlakukan ’istimewa’ oleh majikanku, Rieska! Aku
ditaruh di dalam kotak berwarna biru muda, berlapiskan plastik transparan. Aku
sangat senang dengan perlakuan baik Rieska. Tapi, aku sangat resah dengan label
hitam yang bertulisakan ”Cinta Abadi” yang melekat manis di atas plastik
kotak
ini. ”Kamu beruntung, ya, Weis tempatmu terempuk!” komentar mawar
suatu
hari saat Rieska berngkat kuliah ”Iya ... Weis, kamu tidak perlu ganti-ganti
air seperti aku!” ujar anggrek. ”Ah, kalian bisa saja,” ujarku pelan. ”Tapi,
benar kan memang kamu anak emas! Apa karena kamu pemberian Ari pacar
Rieska anak gunung itu?! Kali ini suara supir dari
balik
buku angkat bicara. Ya, benar aku memang anak emas Reiska. Ia mangambilku
ketika dia
mendaki
gunung gunung Ceremai, Jawa barat. Aku diberikan kepada Reiska tepat pada ulang
tahun ke-22, enam bulan lalu.” ”Ah ... itu kan pikiran kalian saja kalau
aku bahagia ada di sini,
sebenarnya
aku nggak terlalu bahagia kok tinggal di sini!” ujarku. ”Kok bisa? Mengapa?”
tanya mawar keheranan.
”Aku
ingin sekali Reiska menyadari keberadaan kita. Reiska seharusnya berpikir ada
apa di balik kekuasaan Allah yang telah menciptakan kita. Mereka seharusnya
menjaga kita dengan baik. Bukankah Allah menciptakan mereka untuk menjadi
Khalifah di muka bumi ini? Manusia seharusnya menyayangi dan merawat kita.
Mereka seharusnya berpikir andai tidak ada mawar, anggrek, suplir, atau bunga
lainnya, bagaimana? Dunia pasti suram tanpa penyejuk mata. Beda kalau ada kita,
mereka akan merasa senang dan tenteram bila memandang si mawar yang sedang
mekar, suplir yang segar atau anggrek yang ..... dan seharusnya manusia yang
melihat ’keabadianku’ sebagai contoh bagaimana mengabadikan hatinya sebagai
rasa syukur ke
hadirat
Illahi,” suaraku pelan, mataku mulai berkaca-kaca menahan air mata yang hampir
tertumpah. ”Kamu benar, Weis. seharusnya manusia belajar dari fenomena alam
seperti kita. Lihat bungaku, berwarna merah menawan, wangi yang merebak. Allah
sengaja menciptakan duri-duri kecil di batangku untuk menjaga kehormatanku dari
serangan makhluk yang jahil agar tidak mudah dipetik begitu saja. Dan kamu juga
hidup di tepi jurang sehingga diperlukan perjuangan bagi yang ingin memetikmu.
Seharusnya manusia menyadari hal itu, mencontohkan kita! Indah tapi tak mudah
diraih. ”Ah sudahlah ..... sekarang memang zaman edan, yang pria berjas rapi
menutup seluruh aurat, eh ..... wanitanya berpakaian seksi minim bahan. Apa itu
namanya dunia nggak terbalik ?” sahut suplir yang dulunya tinggal di teras
depan rumah Bayu pacar Reiska yang ketiga.
”Arif ...
ada yang ingin kukatakan,” terdengar suara Reiska di ruang tamu. Malam itu
hanya mereka berdua yang ada di rumah, mama dan papa serta kedua kakaknya, Rina
dan Shanti pergi ke pesta pernikahan relasi papanya. ”Ada apa?” tanya Arif,
mereka berdua duduk di kursi sofa empuk. ”Aku ..... aku ..... Telat ..... aku
.... ha ..... mil, Ari!” ”Hah? Kamu hamil?” tanya Arif kaget, ini di luar
dugaannya. ”I ..... ya, kita harus segera menikah, Arif aku takut papa dan mama
akan
marah!” ujar Reiska gusar. ”Tidak! Aku tidak mau menikah sekarang! Kamu harus
menggugurkan kandunganmu!” ”Arif, aku nggak mau, ini anak kita! Kamu harus
bertanggung jawab!” teriak Reiska bercampur tangis. ”Nggak, aku nggak mau,
mungkin saja ini anakmu dengan pacar kamu yang lain!”cibir Arif. ”Arif .....
teganya kamu bicara begitu, ini anak kamu, Arif anak kita!”
”Pokoknya
tidak! Kamu harus menggugurkan, harus! Titik!”
”Eh .....
kawan-kawan, Reiska kenapa yah?” tanyaku pada mereka.
”Nggak
tahu, tidak seperti biasanya yah? Mungkin ..... Reiska rebut dengan Arif, atau
berantem sama papa dan mamanya,”tebak anggrek.Tiba-tiba, Reiska berjalan dengan
tergesa menuju meja belajarnya, meraih kotak mungil yang disimpannya dengan
penuh kasih sayang selama
ini.
”Percuma kamu berikan itu, dulu bunga Edelweis kalau cintamu bukan cinta abadi,
tapi cinta murahan! Ngakunya cinta, tapi mengapa kamu tinggalkan aku dalam keadaan
ini?” tangis Reiska sambil membuka kotak mungil itu lalu membuang seluruh bunga
Edelweis ke dalam tempat
sampah
yang berada tepat di samping meja belajar. Bunga lainnya, mawar,
suplir,
dan anggrek menjerit histeris ! ”Ja..ngan...!!” teriak mawar, suplier dan
anggrek serempak. Tapi terlambat! Edelweis telah dibuang ke dalam tong sampah
dan bercampur
dengan
sampai lainnya. Namaku Edelwies alias Anaphalis javanica. Biasanya aku
tumbuh di dataran tinggi atau puncak-puncak gunung. Kali ini aku berada dalam genggaman
seorang pemuda bernama Rahman. Ia mengamatiku dari tadi sambil terus berzikir
memuji asma Allah. ”Ya...Rabb yang Maha Kuasa, satu lagi telah Kau-tunjukkan
kebesaran- Mu menciptakan bunga Edelweis yang tahan layu dan tak lelah diterpa
angin, tanpa memudar dan tanpa kekeringan. Ya...Rabb, seperti inikah semangat
Saudara-saudaraku di Palestina dalam menghadapi serangan
Tentara
Yahudi demi merebut kembali hak mereka atas masjid Al-Aqsa? Ya ... Allah,
kuatkanlah hati-hati kami untuk merebut itu semua,” lirih suara Rahman
menyejukkan hatiku. Aku hanya tumbuhan tanpa nyawa, tapi aku merasakan betapa
ia seorang pemuda yang berhasil mengenali alamnya dan terus berzikir melihat
keesaan Penciptanya. Aku, Edelweis, tersenyum bahagia dalam genggamannya.
2. Deskripsi
Kata deskripsi
berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran,
perincian, atau pembeberan.
Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan
suatu
objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan pengalaman
penulisnya.
Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan atau citraan
sesuai
dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis sehingga
seolah-olah
pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami sendiri
obyek
tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi
merinci
objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat
dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu
sebagai
berikut.
a.
Deskripsi Imajinatif/Impresionis ialah deskripsi yang menggambarkan
objek
benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 231
Contoh
deskripsi Impresionistis dalam sebuah cerita:
Jam
dinding kamar menunjukkan pukul sepuluh lewat
sembilan
belas menit. Di luar hujan masih saja turun dengan
derasnya.
Angin yang menerobos masuk melalui kisi-kisi terasa
dingin
menusuk kulit. Piama yang melekat di tubuhku tidak
banyak
membantu menahan dingin sehingga agar lebih hangat
kepakai
lagi jaket tebal. Agak menolong, memang.
Akan
tetapi, kantuk hebat datang. Padahal besok aku harus
bangun
lebih pagi. Akhirnya, daripada melamun tidak menentu,
kuputuskan
akan melanjutkan membaca. Aku kembali ke meja
belajar,
kunyalakan kembali lampu belajar dan mulai membaca
sambil
duduk bersandar di kursi.
Tiba-tiba
kantuk hebat datang menyerang. Belum lagi selesai
kalimat
yang sedang kubaca, buku yang kupegang terlepas dari
tangan.
******
Aku tidak
lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruangan
bersama-sama
dengan sekelompok orang yang sama sekali belum
pernah
kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhi
ruangan
itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli.
Kami
semua duduk di kursi yang diatur membentuk sebuah
lingkaran,
mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak duduk
tenang,
semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang pun
yang
kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu.
******
Tidak ada
yang ganjil terlihat. Malah terasa suasana persis
seperti
di ruang kuliah. Di sebelah kananku ada sebuah pintu,
di
dekatnya beberapa jendela kaca. Ada dua baris jendela kaca,
masing-masing
terdiri atas empat jendela, yang menyebabkan
ruangan
ini cukup terang. Di atas ruangan, tergantung di langitlangit,
ada empat
pasang lampu neon 40 watt.
Dinding
sebelah kiri kosong, tidak ada apa-apa di sana. Warna
hijau
muda dinding itu sudah perlu dilebur kembali, di sana-sini
kelihatan
coret-coretan tangan-tangan jahil.
(Dikutip
dari wacana berjudul Banjir, oleh. Ramadhan Syukur dalam
buku:
Menulis secara Populer, karya
Ismail Marahimin, 2001)
232 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya
Kelas XI
b.
Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambarkan
objek
berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Contoh
deskripsi faktual dalam sebuah cerita:
Lantai
tiga kamar nomor tiga-nol-lima. Benar, ini dia kamar
yang
kucari; tanda pengenalnya tertera di pintu, agak ke atas.
Tepat di
depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah kotak
kecil
warna merah jambu. Sebuah note book kecil dijepitkan pada
kotak
itu, dengan sebuah perintah dalam bahasa Inggris, Write
Your
Massage! Pada note book itu
kubaca pesan untukku, ”Masuk
saja,
Rat, kunci dalam kotak ini. Tunggu aku!”
******
Di
sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuah
cermin
yang bertuliskan ”Anda manis, Nona.” Di bawahnya
merapat
sebuah meja belajar yang diberi alas kertas berbungabunga
merah
jambu, dan dilapisi lagi dengan plastik bening.
Di atas
meja ada sebuah tape recorder kecil, sebuah mesin ketik,
jam
weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan dan
buku-buku
dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis
mengerjakan
paper, pikirku.
******
(Sumber:
“Kamar Sebuah Asrama,” oleh Ni Made Tuti Marhaeni,
dalam
buku Menulis Secara Populer, karya Ismail Marahimin,
2001)
Kita
dapat membuat karangan deskripsi secara tidak langsung,
yaitu
dengan mengamati informasi dalam bentuk nonverbal
berupa
gambar, grafik, diagram, dan lain-lain. Apa saja yang
tergambarkan
dalam bentuk visual tersebut dapat menjadi
bahan
atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan
deskripsi
karena unsur dasar karangan ini adalah pengamatan
terhadap
suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan
menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1)
menentukan objek pengamatan
(2) menentukan
tujuan
(3)
mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4)
menyusun kerangka karangan
(5)
mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 233
Pengembangan
kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa
penyajian
parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan
yang
mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya
bentuk
karangannya deskriptif. Pola uraiannya berangkat dari satu titik
lalu
bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah,
atau
depan ke belakang.
Contoh:
Laporan
lokasi banjir di DKI Jakarta
1. Banjir
di wilayah Jakarta Timur
a. Duren
sawit
b.
Klender
c.
Kampung Melayu
2. Banjir
di wilayah Jakarta Pusat
a.
Pramuka
b.
Salemba
c. Tanah
Abang
3. Banjir
di wilayah Jakarta Barat
Karangan
deskripsi dapat juga dibuat dengan mengamati bentuk
informasi
nonverbal seperti grafik, tabel, atau bagan.
Contoh
karangan deskripsi dari tabel.
Data
Kasus Pelanggaran Izin Bangunan di DKI Jakarta
No. Tahun
Kasus Pemutihan Dibongkar Residu
1. 2006
5.112 1.051 749 3.312
2. 2007
4.630 712 1.742 2.888
(Sumber:
Republika, Jumat, 25 April 2008)
Dari
tabel data kasus pelanggaran izin bangunan di atas, dapat kita lihat
bahwa
pada tahun 2006, terdapat 5.112 kasus pelanggaran izin bangunan.
Di
antaranya 749 bangunan dibongkar, 3.312 bangunan berstatus residu, dan
1.051
bangunan diarahkan untuk mengurus izin bangunan (pemutihan).
Pada
tahun 2007, terdapat 4.630 bangunan yang tidak memiliki izin
mendirikan
bangunan. Dari jumlah tersebut, yang diarahkan mengurus
perizinan
sebanyak 712 unit, yang berstatus residu 2.888, sedangkan sisanya
sebanyak
1.742 bangunan terpaksa dibongkar.
234 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya
Kelas XI
3.
Eksposisi
Kita eksposisi
berasal dari bahasa Latin exponere yang berarti:
memamerkan,
menjelaskan, atau menguraikan.
Karangan eksposisi adalah
karangan
yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci
(memaparkan)
sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan
memperluas
pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi
biasanya
digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahmakalah
untuk
seminar, simposium, atau penataran.
Untuk
mendukung akurasi pemaparannya, sering pengarang
eksposisi
menyertakan bentuk-bentuk nonverbal seperti grafik, diagram,
tabel,
atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat
berbentuk
uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola
pengembangan
ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.
Berikut
contoh-contoh pengembangan karangan eksposisi:
a. Contoh
eksposisi dengan pengembangan ilustrasi
Kepemimpinan
seorang Bapak dalam rumah tangga bak
nakhoda
mengemudikan kapal. Bapak menjadi kepala keluarga
yang
bertanggung jawab terhadap istri dan keluarganya. Sama
seperti
nakhoda yang mampu memimpin dan melaksanakan tugas
dan
tanggung jawabnya. Bila kepemimpinan kepala keluarga
baik,
akan baiklah keluarga tersebut, sama halnya dengan kapal
yang
dikemudikan nakhoda.
b. Contoh
eksposisi dengan pengembangan definisi.
Telepon
genggam yang lebih dikenal dengan sebutan ponsel
(telepon
seluler) atau HP (hand phone) merupakan alat komunikasi
yang
berbentuk kecil serta ringan. Selain mudah digenggam serta
dibawa ke
mana-mana, bentuknya yang mungil memudahkan
orang
untuk berkomunikasi di mana saja berada. Telepon genggam
adalah
produk canggih era komunikasi nirkabel, telepon tanpa
kabel.
Dengan variasi bentuk, merek, dan model yang selalu baru,
jenis
telepon ini banyak diminati berbagai kalangan masyarakat.
c. Contoh
eksposisi dengan pengembangan klasifikasi.
Ada dua
jenis tanaman mini. Pertama, tanaman mini
yang
bukan asli mini. Bila ditanam di tanah, ia akan tumbuh
besar dan
normal seperti biasa. Bila ditempatkan di pot kecil,
pertumbuhannya
jadi lambat. Tanaman jenis ini misalnya,
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 235
tanaman
palem udang, pohon rhapis, pohon asem, beringin,
dan jambu
kerikil. Jenis kedua tanaman mini asli yang aslinya
memang
kecil. Tanaman ini kalau ditanam di tanah tidak dapat
besar
seperti ukuran biasa (normal). Jika ditanam di pot kecil, ia
akan
makin kecil, mungil, dan cantik. Tanaman ini antara lain
agave,
chriptanthus panseviera, dan anthurium chrystallium.
Karangan
eksposisi juga dapat ditulis berdasarkan fakta suatu
peristiwa,
misalnya, kejadian bencana alam, kecelakaan, atau sejenis liputan
berita.
Meskipun bentuk karangannya cenderung narasi, namun kita dapat
membuatnya
menjadi bentuk paparan dengan memusatkan uraian pada
tahapan,
atau cara kerja, misalnya cara menanggulangi penyebaran virus
flu
furung, mengantisipasi wabah DBD dengan 3 M, atau evakuasi korban
banjir.
Contoh
karangan eksposisi dari suatu peristiwa.
Dua
pekerja yang tertimbun tanah longsor akhirnya ditemukan oleh
petugas
kepolisian setelah sejak kemarin mereka menggali gundukan pasir
setinggi
sepuluh meter. Dari sejak subuh kemarin hingga pukul 03.00 WIB
penggalian
terus dilakukan dengan menggunakan backhoe. Penggalian
yang
memakan waktu hampir 20 jam itu berakhir saat dua korban
berhasil
ditemukan. Mundari ditemukan dalam keadaan tubuh melingkar.
Sementara
Itok ditemukan dalam kondisi mengenaskan.
Tahapan
menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1)
menentukan objek pengamatan,
(2) menentukan
tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3)
mengumpulkan data atau bahan,
(4)
menyusun kerangka karangan, dan
(5)
mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan
kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola
penyajian
berikut:
1).
Urutan topik yang ada
Pola
urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu
benda,
hal atau peristiwa tanpa memproritaskan bagian mana
yang
terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.
236 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya
Kelas XI
2).
Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola
penyajian dimulai dari hal yang mudah/yang sederhana
menuju ke
hal yang makin penting atau puncak peristiwa dan
sebaliknya
untuk anti-klimaks.
4.
Argumentasi
Karangan argumentasi
ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau
penilaian
terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan
yang logis. Tujuan karangan argumentasi adalah
berusaha
meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.
Karangan
argumentasi dapat juga berisi tanggapan atau sanggahan
terhadap
suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional
dan
logis.
Tahapan
menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1)
menentukan tema atau topik permasalahan,
(2)
merumuskan tujuan penulisan,
(3)
mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan
yang mendukung,
(4)
menyusun kerangka karangan, dan
(5)
mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan
kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat,
akibat-sebab,
atau pola pemecahan masalah.
1).
Sebab-akibat
Pola
urutan ini bermula dari topik/gagasan yang menjadi sebab
berlanjut
topik/gagasan yang menjadi akibat.
Contoh:
a.
Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a) Jumlah
penggunaan kendaraan
b) Ruas
jalan yang makin sempit
c)
Pembangunan jalur busway
b.
Akibat-akibat kemacetan
a)
Terlambat sampai di kantor
b) Waktu
habis di jalan
Bahasa Indonesia SMK/MAK
Setara Tingkat Madya Kelas XI 237
2).
Akibat-sebab
Pola
urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat
dan
dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
Contoh :
Menjaga kelestarian hutan
1.
Keadaan hutan kita
2. Fungsi
hutan
3.
Akibat-akibat kerusakan hutan
3).
Urutan Pemecahan Masalah
Pola
urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan
masalah
kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh :
Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
1.
Pengertian narkoba
2. Bahaya
kecanduan narkoba
a.
pengaruh terhadap kesehatan
b.
pengaruh terhadap moral
c.
ancaman hukumannya
3. Upaya
mengatasi kecanduan narkoba
4.
Kesimpulan dan saran
Contoh
karangan argumentasi:
Salah
Urus Kereta Api
Lagi-lagi
kecelakaan kereta api terjadi. Kereta api Citra Jaya terguling
di
Cibatu, Jawa Barat, Sabtu lalu. Pada hari yang sama, sepur eksekutif
Argo Lawu
juga anjlok di Banyumas, Jawa Tengah. Ini makin menunjukkan
perkeretaapian
kita dalam kondisi gawat. Pemerintah mesti segera
membenahinya
sebelum korban jatuh lebih banyak akibat kecelakaan.
Musibah
kereta api Argo Lawu tak memakan korban. Tapi kecelakaan
kereta
Citra Jaya menyebabkan puluhan orang terluka. Daftar kecelakaan
pun
bertambah panjang. Dalam kurun waktu empat bulan terakhir sudah
terjadi
10 kali kecelakaan kereta api. Angka ini naik hampir tiga kali lipat
dibanding
periode yang sama tahun lalu.
Tidaklah
salah pernyataan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa kemarin
bahwa
anjloknya dua sepur itu seharusnya bisa dideteksi. Tanda-tanda
amblesnya
tanah di bawah bantalan rel
kereta tentu bisa diamati jauh
238 Bahasa Indonesia SMK/MAK Setara Tingkat Madya
Kelas XI
hari.
Dengan kata lain, semestinya manajemen PT Kereta Api lebih serius
mengawasi
jalur kereta api.
Persoalannya,
Pak Menteri Cuma melihat sisi ketidakberesan PT Kereta
Api. Yang
terjadi sebenarnya pemerintah juga salah urus perusahaan ini
sehingga
terus merugi. Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, Rp 1,4 triliun
per
tahun. Inilah yang menyebabkan perusahaan milik negara tersebut tak
sanggup
memberikan layanan yang baik.
Kerugian
besar muncul karena PT Kereta Api diwajibkan memelihara
jaringan
rel di Indonesia. Total duit yang dikeluarkan untuk perawatan
reguler
per tahun mencapai Rp 2,1 triliun. Sementara itu, anggaran dari
pemerintah
hanya Rp 750 miliar.
Di luar
perawatan rutin, PT Kereta Api jelas tak mampu lagi
menanggungnya.
Padahal sebagian besar bantalan rel itu perlu diganti.
Dari
total panjang lintasan rel kereta api 4.676 kilometer, separuh lebih
berusia
di atas 50 tahun. Jangan heran jika banyak bantalan rel yang sudah
lapuk.
Kondisi ini sangat mudah membuat kereta api anjlok. Faktanya,
sebagian
besar kecelakaan kereta api yang terjadi pada 2001-2006 akibat
kurang
beresnya rel.
Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional tahun lalu menghitung
dibutuhkan
Rp 6 triliun untuk menyehatkan kereta api dan jaringan rel.
Dalam
keadaan anggaran negara yang sedang tekor, angka itu memang
tampak
besar. Tapi, kalau pemerintah bisa menalangi Lapindo Brantas Inc.
Sekitar
Rp 7,5 triliun buat membangun infrastruktur di Porong Sidoarjo,
kenapa untuk
urusan yang ini tidak?
Pemerintah
tak perlu ragu mengucurkan dana untuk pembenahan
perkeretaapian.
Jika dikelola dengan benar, kereta api sebetulnya berpotensi
menunjang
perekonomian. Dengan pengelolaan di bawah standar pun,
setiap
tahun kereta api mampu mengangkut 150 juta penumpang dan 5 juta
ton
barang. Kalau ditangani lebih baik, jumlah penumpangnya tentu akan
jauh
meningkat. Pendapatan PT Kereta Api pun akan bertambah.
Membiarkan
kereta api berlari di atas bantalan rel yang lapuk atau tak
terurus
sungguh berbahaya. Jika pemerintah peduli keselamatan warganya,
kondisi
perkeretaapian yang amburadul harus segera dibenahi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar